Minggu, 28 Juni 2015

Contoh Berita Features

Kali ini saya akan membahas salah satu jenis berita yaitu features atau berita pandangan mata. Features merupakan berita yang biasanya berisi berita ringan, menarik yang bisa dibaca kapan saja ataupun berisi kisah-kisah inpiratif dari kehidupan nyata. Berita yang didapat dari wawancara dengan narasumber yang memiliki kisah yang layak menjadi contoh bagi orang yang membaca.
Features sendiri berbentuk seperti karangan yang memiliki alur. Biasanya features menampung banyak karakter, kurang lebih 5000 karakter. Isinya yang terbilang banyak biasanya akan ditempatkan pada rubrik koran pada pembahasan yang ringan.
Berikut adalah contoh features, yang saya tulis perihal tugas Jurnalistik:
Berkah Berdagang, Gelar Hajah telah Disandang

Ibu Kalimah dan Warung Kecilnya



S
uasana panas dan lembab disalah satu pasar besar di Kartasura. Tak membuat para penjual bahan-bahan makanan, sayuran dan sembako menyudahi pekerjaan mereka. Meski suasana panas akibat atap seng yang menaungi Pasar Kartasura ditambah aroma yang campur aduk dari berbagai bebauan mereka tetap sabar menunggu para calon pembeli. Di tambah akhir tahun yang mulai memasuki musim penghujan membuat keadaan pasar menjadi pengap dan engap. Seakan sudah menjadi hal yang biasa para pedagang masih setia menjajakan jualannya.
 Pasar di siang hari nampak tak terlalu ramai. Karena kebanyakan para pembeli sudah datang pada pagi harinya. Salah satu dari ratusan penjual yang ada di Pasar Kartasura, ibu Hajah Kalimah namanya. Ibu parubaya yang sekarang menginjak usia 56 tahun memanfaatkan pasar yang lenggang untuk menunaikan ibadah  sholat Dzuhur di salah satu masjid di dekat pasar. Ibu dari lima orang anak itu rela meninggalkan lapaknya demi memenuhi panggilan sang Khalik. Dan nampak tidak khawatir meninggalkan barang dagangannya.
Ibu Hajah Kalimah adalah salah satu pedagang yang berasal dari desa Cepogo, kabupaten Boyolali. Beliau berjualan sayuran dan beberapa bahan lainnya sejak tiga puluh tahun silam. Sebelum mempunyai lapak di lantai dua pasar Kartasura sebelumnya beliau pernah berjualan di pasar bagian bawah. Dan akhirnya pindah ke lantai dua setelah pasar selesai dibangun. Sehari-hari ibu Kalimah berjualan dari jam tujuh pagi sampai jam setengah lima sore. Ia berjualan sendiri tanpa didampingi suaminya. Suami beliau hanyalah seorang petani di desanya.
Sehari-hari ibu Kalimah mengandalkan uang untuk kebutuhan sehari-harinya lewat berjualan di pasar ini. Dua orang anaknya masih bersekolah di Sekolah Penerbangan dan STM sedangkan tiga anaknya yang lain sudah berkeluarga. Dari pekerjaannya berjualan sayuran beliau mampu mencukupi kebutuhan keluarganya meski hanya skala pas-pasan namun masih terbilang cukup.
Saat menuju pasar untuk bekerja biasanya beliau berangkat naik bus Safari bersama teman-temannya yang berjualan dan barang dagangan mereka akan diangkut dengan mobil pick up atau mobil bak terbuka. Beliau membeli langsung sayur-sayuran yang ia jual dari tengkulak langsung dari daerahnya Cepogo, hal itu meminimalisir terjadi keterlambatan stock bahan yang akan beliau jual.
Seiring dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM ternyata hal ini cukup berimbas pada jumlah pembeli yang datang. Pasalnya pada hari rabu tanggal 19 November kemarin tepat dimana diumumkannya harga BBM naik mengakibatkan angkutan umum mogok massal. Membuat para pembeli yang mengandalkan jasa angkutan umum jadi tidak bisa pergi ke pasar dan membuat pasar menjadi lenggang. Dan membuat Ibu Kalimah menunggu lama datangnya pembeli.”Sebelumnya belum pernah mogok seperti ini.” Ujar beliau.
Selain masalah angkutan umum yang mogok, kenaikan BBM juga ikut andil pada kenaikan harga bahan-bahan yang dijual. Misalnya saja harga cabai dipasaran. Sebelum kenakkan BBM harga cabai masih kisaran Rp. 25.000/kg namun setelah BBM naik harga cabai menjadi Rp. 50.000-60.000/kg. Sedangkan harga bawang merah dan bawah putih hanya mengalami kenaikan sebesar Rp. 2000 yang awalnya hanya RP. 10.000/kg menjadi Rp. 12.000/kg. Sementara untuk sayuran hijau tidak mengalami kenaikan pada saat BBM naik namun akan mengalami kenaikan tergantung waktu.
Namun ternyata, menurut ibu Hajah Kalimah kenaikan BBM tidak terlalu mempengaruhi niat para pembeli yang pergi ke pasar untuk berbelanja. Karena pembeli sudah terbiasa dengan kenaikan harga-harga barang dipasar seiring dengan kenaikan harga BBM. Sebab itu sudah menjadi hal yang wajar terjadi. Hanya saja untuk saat ini angkutan yang mogok masal membuat pasar menjadi sepi. Para penjual yang mengandalkan transportasi itu jadi tidak bisa berjualan begitu pula dengan pembeli jadi tidak bisa berbelanja.
Menurut penuturan ibu Kalimah, berjualan sayuran itu tidak ada susahnya, senang terus. Karena beliau menikmati pekerjaannya. Yang penting mendapat uang halal, berkah dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta uang saku anak-anaknya cukup, seperti itu. “Urip mboten sah di damel susah.” Tutur beliau dengan logat Jawa yang kental.
Menjadi pedagang sayur itu resikonya adalah cuaca, jika musim hujan seperti saat ini sayuran hijau akan mudah membusuk. Ibu Kalimah tidak akan membuangnya karena sebelum dibiarkan membusuk biasanya akan ada pengepul yang akan membeli untuk dibuat sambal. Jadi tidak ada sayuran yang terbuang. 
Berkat usaha dan kerja keras beliau dalam berjualan. Akhirnya beliau mendapat kesempatan untuk menunaikan rukun Islam yang ke-enam yaitu menunaikan ibadah haji. Beliau serta sang suami menunaikan ibadah haji pada 2013 lalu. Beliau bersyukur kepada Allah karena telah mengizinkan ia dan sang suami menginjakkan kaki di tanah suci meski hanya bekerja sebagai penjual sayur.
Berjualan di pasar Kartasura ini tidak terlalu memberatkan ibu Kalimah karena tidak adanya uang sewa untuk mempergunakan salah satu kios di pasar ini. Beliau hanya dipungut uang karcis setiap akan membuka lapaknya. Karena beliau sudah membayar dulu-dulu tempat yang ia gunakan untuk berjualan sekarang ini. Selain itu pasar Kartasura juga buka setiap hari itu merupakan keuntungan bagi Ibu Kalimah karena bisa bekerja setiap hari.
Pasar Kartasura bagai rumah kedua beliau. Jika mengingat desa Cepogo merupakan desa yang berada di kaki gunung Merapi. Pada waktu erupsi beberapa tahun yang lalu ibu Kalimah tidak berniat mengungsi. Pasalnya di siang hari dia akan berada di pasar untuk berjualan sekaligus mengungsi dari bencana erupsi Merapi. Dan sore harinya dia akan kembali ke rumahnya.”Waktu Merapi meletus itu kayak Kiamat, orang-orang desa semuanya mengungsi, Cuma saya dan keluarga yang masih tinggal di rumah. Waktu erupsi merapi mati lampu selama tiga hari.” Ungkap ibu Kalimah dengan mata berkaca-kaca.



Written by
Cita Eka Pertiwi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar